Guru Kehidupan itu Bernama Orangtua

Guru Kehidupan itu Bernama OrangtuaSelamat hari Ibu saya ucapkan bagi semua malaikat bewujud manusia yang bernama Ibu dimanapun mereka berada, semoga semuanya berbahagia. Tulisan sederhana kali ini membahas tentang keluarga yang notabenenya sebagai organisasi paling mendasar dalam kehidupan. Bila kita perhatikan rumah adalah jenjang pendidikan pertama sebelum menapaki pendidikan formal dan masyarakat, di mana orangtua adalah guru terbaiknya. Namun berguru pada orangtua dalam menggali pelajaran hidup sekarang kok seperti tidak lazim. Tidak dipungkiri memang kita hidup di zaman yang serba modern. Mengasumsikan sesuatu yang mutakhir dan trend itulah yang paling berharga. Jadi mengapa mendengarkan orangtua sangat berharga? Mengapa kita yang muda perlu sering bertanya kepada orangtua dalam usaha pencarian rahasia kehidupan?

Menurut hasil penelitian sebuah buku tentang kehidupan dijelaskan bahwa rentang usia 20 atau 75 tahun tak akan pernah cukup bagi manusia untuk belajar kearifan hidup melalui pengalaman. George Bernard Shaw menulis “Masa muda adalah masa terindah; sayang sekali orang muda suka menyia-nyiakannya.” Kalimat tersebut bermaksud mengatakan bahwa sesungguhnya orang muda kerap menghabiskan seluruh umurnya mencari jalan hidup yang benar, dan mereka sering menemukannya di saat waktu sudah hampir habis. Padahal bila kita cermati tidak perlu menunggu sampai tua untuk menemukan kearifan dan hal yang paling utama dalam hidup ini.

“Bila ingin hidup bahagia, bahagiakanlah kedua orangtuamu dengan restu mereka sesuatu yang tiada menjadi bisa.”

Berbakti bukan berarti kita harus memberikan berbagai macam materi kekayaan dan harta benda kepada orangtua. Berbicara lembut dengan sunguh-sungguh memahami apa yang mereka ajarkan tentang kebaikan memberikan kebahagiaan tak terhingga bagi mereka. Saat paling tepat berbakti dan berguru adalah saat orangtua masih berada di sisi kita, karena semasa itu hal sekecil apapun yang bisa dipelajari dan dilakukan maka kerjakanlah. Bahkan banyak yang menyesal merasakan dirinya tidak berbakti dan hanya sempat sedikit berguru kepada orangtuanya di saaat mereka masih ada, begitu tiada si anak merasakan penyesalan sampai menangisi kesalahan besar yang telah dibuat. Walaupun ingin menebus kesalahan tersebut dengan membangun istana megah di tanah kuburan, melakukan ziarah rutin sebagai tanda permintaan maaf mungkin itu sudah terlambat. Marilah kita duduk bersimpuh pada kedua kaki orangtua kita yang tidak pernah lelah melangkah akan kebaikan dan kasih sayang.

16 thoughts on “Guru Kehidupan itu Bernama Orangtua

  1. wah, wah, wah….baca tulisan diatas jadi inget corat-coretanku yg di note’s fb.. jadi tak putusin bwt mboyong note’s fb ke warung cantik aja lah..hehehe….

    selamet atas tampilan blog yg lbh sweeeegeeeerrrr dari biasanya…:-)

  2. betul peran orangtua ngebentuk pribadi anak tuh utama banget ya.. ajaran yang paling ngena emang tindakan dan contoh ya bang. orang tua harus kasih contoh yang bagus untuk anaknya dan keluarga nya,

    duh semoga saya bisa jadi orangtua yang baik, amanah, amin…:D

  3. Makanya itu, peran orangtua dalam kehidupan anak sangat penting. Masih ga ngerti deh, orang tua yang ngerokok di depan anaknya. Orang tua yang bertengkar di depan anaknya. Orang tua yang menggunakan kata2 kotor di hadapan anaknya dalam berbicara pada orang lain. Itu orang tua model begitu gak ngerti cara ngebesarin anak atau gimana…? 😡

    • 🙂 ibaratnya orangtua di sini layaknya mesin fotokopi ya Sop, bayangin deh kalo si anak sudah mendapati pendidikan sperti yang Kang Asop bilang, secara tidak sadar mreka udh pstikan bahwa sperti itulah si anak jg bisa brbuat kelak…yuk kita ambil hikmah yg baik2nya.

Leave a reply to Muhammad Rosyihan Hendrawan Cancel reply